Hai, apa kabar semua? Selamat datang di blog kami. Semoga dapat menginspirasi dan bermanfaat ya \\(‘0’)//.
“Hei lihat, ada animasi apaan tuh? Yuk kita lihat.”
“Wah, kenapa muridnya pada bosen dan tidur ya? Hemm, pasti karena gurunya galak atau mungkin kurang peduli dengan kebutuhan siswanya? Duuuh kenapa jadi main tebak-tebakan begini sih, kira-kira siapa ya yang bisa bantu kita?.”
“Hello teman-teman, kalian kenapa kok mukanya kusut gitu?“
“Sini dong Agnes, bantuin kita selesein masalah ini“
“Masalah apa sih? Ooh ini (setelah melihat animasi yang ada), kebetulan banget deh kamu tanya ke Agnes. Kemarin Agnes sempet baca buku gitu tentang proses pembelajaran. Ternyata, di dunia pendidikan Indonesia ini sedang marak-maraknya banget loh isu yang membahas tentang keterlibatan siswa di dalam kelas.“
“Oh, terus gimana tuh?“
“Ya begitu, menurut Lie (2008 dalam Fadillah, 2006) terdapat paradigma pendidikan yang mengatakan bahwa pikiran siswa hanya digambarkan sebagai botol kosong yang siap menerima tuangan demi tuangan ilmu yang diketahui oleh guru. Dengan begitu, kemungkinan guru tidak memfasilitasi proses pembelajaran di kelas dengan baik akan mudah terjadi.”
“Yah, kok bisa?”
“Bisa, karena dalam kasus ini guru hanya menganggap siswa sebagai objek belajarnya saja bukan subjek belajar.
“Apa lagi tuh objek belajar dan subjek belajar?”
“Maksud objek belajar di sini adalah siswa berperan hanya sebagai peran pendukung pada kegiatan proses pembelajaran berlangsung sedangkan seharusnya siswa merupakan subjek belajar yang menjadi titik sentral pembelajaran sehingga para siswa dapat mendalami serta mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada.”
“Mirip kaya di animasi tadi dong? Gurunya sama sekali tidak menghiraukan siswa-siswanya. Alhasil mereka bosen, mengantuk dan tidak memperhatikan pelajaran yang diberikan?“
“Ya, tepat sekali. Padahal keterlibatan siswa itu penting loh dalam proses pembelajaran. Mirip dengan yang dikatakan oleh Aristoteles;”
Aristotle stated, “One must learn by doing the thing, for though you think you know it, you have no certainty until you try.”
“Yang artinya, kita harus belajar dengan melakukan hal tersebut, karena meskipun kita berpikir kita tahu itu, kita tidak akan memiliki kepastian sampai kita mencobanya.”
“Apakah kalian setuju? Bukankah hal itu yang telah diterapkan orang tua saat mengajarkan kita untuk belajar berjalan?”
“(berpikir keras), hemmm iya juga sih”
“Oke dengan begitu, dapat kita simpulkan bahwa melalui keterlibatan siswa di dalam kelas, siswa akan mendapatkan proses pembelajaran yang lebih bermakna bagi diri mereka baik dalam mendapatkan pengetahuan baru maupun mendalami pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Karena melalui keterlibatan siswa di dalam kelas ini, siswa bukan hanya bertindak sebagai pengamat saja, melainkan juga harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.“
“Wah iya benar. Lalu bagaimana cara penyelesaiannya?“ -_-
“Ini semua berporos pada guru teman-teman. Menurut Agnes sih, guru merupakan pengendali siswa bagaimana siswa berperan aktif di kelas atau malah hanya duduk di belakang meja untuk mendengarkan guru berceramah. Nah, untuk teman-teman yang masih bingung harus melakukan apa, Agnes punya beberapa strategi nih untuk menyelesaikan kasus tersebut, di simak ya!”
- Tanya jawab. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan cukup efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa di dalam kelas. Guru dapat memberikan pertanyaan-pertnyaan open ended untuk memancing siswa dalam memberikan pendapatnya dari berbagai perspektif.
- Mengajak siswa belajar sambil bermain atau berkompetisi. Contohnya, menggunakan metode bermain kuis Who wants to be a millionare?, guru dapat melihat pengetahuan siswa secara individu dalam pengaplikasiannya di dalam soal.
- Diskusi berpasangan. Bila siswa sulit menanggapi pelajaran secara langsung karena malu bertanya kepada guru, guru dapat memberikan metode belajar berdiskusi berpasangan. Dengan begitu, para siswa diharapkan dapat berperan aktif satu sama lain dalam menyelesaikan masalah yang ada.
- Diskusi berkelompok. Untuk masalah yang lebih kompleks seperti pembuatan alat peraga atau simulasi di kelas, guru dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil untuk berdiskusi bersama. Guru dapat menggunakan metode ini, ketika guru memiliki waktu yang cukup banyak untuk memberikan kesempatan pada siswa dalam menyelesaikan masalahnya secara berkelompok.
“Wah keren”
“Eitss tunggu dulu, Agnes juga punya loh animasi pembelajaran yang siswanya terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Yuk dilihat!”
“Ini ide Agnes, mana idemu?”
“Hehe… Agnes bisa saja. Ayo teman-teman, yuk ikut berbagi di blog kami.
Daftar pustaka
Fadillah, S. (2006, April). Pengenalan pembelajaran matematika realistik dan contoh
penerapannya dalam pembelajaran matematika. Jurnal Pendidikan, 2(2)344-355.
0 komentar:
Posting Komentar